Awang Kenantan (28), warga Dusun Tebing Tinggi mengatakan, keberadaan empat batu megalit sebenarnya telah lama diketahui warga, hanya saja selama ini kebanyakan warga sekitar tidak mengetahui dan mengenal secara pasti megalit tersebut.
“Kebanyakan megalit memang ditemukan di daerah sudut persawahan,” ujarnya seraya mengatakan batu dakon misalnya yang memiliki ukuran lebih kurang tinggi 70 cm dan lebar 2 meter pesersgi, batu dakon ini merupakan alat magic yang berfungsi pada zaman dahulu sebagai penangkal untuk mengusir roh-roh jahat. Dimana pada bagian dua lobang dipakai untuk menaruh ramu-ramuan buat penangkal roh-roh jahat tersebut. Pada zaman dahulu sengaja diletakkan di sudut-sudut sawah di ujung-ujung perkebunan untuk menangkal roh-roh jahat tadi.
Batu Dolmen (meja batu, red) sedangkan bahasa besemahnya batu niru ( sama seperti batu dakon meja batu ini memiliki ukuran lebir kurang tinggi 70 cm dan lebar 2 meter pesersgi, fungsinya sebagai tempat upacara. Meja batu ini khusus menjadi tempat duduk kepala suku zaman dahulu, misalnya ada orang jaman dahulu meninggal diletakkan di atas meja batu, kemudian dilakukan upacara untuk selanjutnya dilakukan penguburan.
Megalit manusia menunggang kerbau memiliki ketinggian 3 meter dan lebar keliling 2 meter. Adapun mengenai sejarahnya ada dua persepsi. Pertama menurut mitos pada saat akan melakukan bercocok tanam di sawah si pahit lidah lewat dan memanggilnya, tetapi tidak mendengar maka dikutuklah menjadi batu.
Sedangkan Megalit tiga manusia dibelit ular, secara mitos orang tiga ini sedang menunggu jemur padi di sawah, akan tetapi mereka melakukan hubungan diluar nikah, maka terkena kutuk pada saat mereka melakukan hubungan di luar nikah ini mereka kemudian dibelit ular.
Secara ilmiah batu megalit ini merupakan hasil ukiran seni pahat orang jaman dahulu, dimana tujuan didirikannya peninggalan ini untuk mengenang atau mengingatkan roh-roh jaman dahulu, sebagai medium penghormatan.
Untuk Megalit manusia menunggang kerbau dan didilit ular ini, kondisinya rusak akibat tangan-tangan jahil, dimana kepalanya hilang. Namun kesemua peninggalan batu megalit saat ini dalam kondisi terawat dan terjaga dengan baik.
“Kita berharap kepada pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Pagaralam dapat melakukan pembangunan berupa atap dan pemagaran, papan merk objek wisata, jalan setapak menuju ke situs tersebut,” tukasnya seraya mengatakan Balai Arkeologi sendiri sudah dilaporkan warga terkait adanya Megalit ini.
Terpisah Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Pagaralam Drs H Syafruddin Msi mengungkapkan, pihaknya akan mendata situs megalit yang baru ditemukan tersebut, dan akan mendaklanjuti usulan dari masyarakat yang ada agar lokasi ini diperbaiki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar